BAB VI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT
Beberapa
waktu yang lalu, sebuah lembaga penelitian di Yogyakarta menyatakan bahwa dua
liter air laut yang dialirkan ke rangkaian grafit dan seng, mampu menghasilkan tegangan
1,6 V. Hasil ini telah dibuktikan melalui eksperimen. Mengapa air laut mampu
menyalakan lampu? Bagaimana mekanismenya? Apakah semua jenis larutan dapat
menyalakan lampu?
Bab
ini akan mempelajari bagaimana suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik
dan melakukan percobaan untuk mengetahui berbagai jenis larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, setelah mempelajarinya diharapkan mampu
menjelaskan bagaimana air laut dapat menyalakan lampu.
A. Larutan
1. Definisi Larutan
Larutan
merupakan sistem homogen yang terdiri dari zat terlarut dan pelarut. Pelarut
yang sering dipakai dalam melarutkan zat terlarut adalah air. Zat terlarut
memiliki dua sifat berdasarkan perilakunya apabila arus listrik dialirkan.
Sifat
pertama, zat terlarut dapat menghantarkan arus listrik, sehingga larutan yang
terbentuk mengalami perubahan kimia dan mampu menghantarkan arus listrik.
Larutan tersebut dinamakan larutan elektrolit.
Sifat
kedua, zat yang apabila dilarutkan ke dalam air tidak dapat menghantarkan arus
listrik dan tidak ada perubahan kimia, sehingga larutan yang terbentuk
dinamakan larutan nonelektrolit.
Semua
larutan anorganik, baik asam, basa, maupun garam memiliki sifat mampu
menghantarkan arus listrik. Sedangkan semua larutan yang berasal dari zat
organik seperti gula tebu, manosa, glukosa, gliserin, etanol, dan urea, tidak
mampu menghantarkan arus listrik.
2. Daya Hantar Larutan
Air
yang murni tidak akan menghantarkan listrik. Tetapi jika zat yang bersifat
asam, basa, maupun garam telah dilarutkan di dalamnya, larutan yang dihasilkan
akan mampu menghantarkan arus listrik. Secara sederhana, kemampuan suatu
larutan untuk menghantarkan listrik dapat diuji dengan alat uji elektrolit.
Alat uji elektrolit tersebut terdiri atas sebuah bejana yang dihubungkan dengan
dua buah elektrode. Elektrode-elektrode tersebut dihubungkan pada saklar dan
lampu. Jika larutan elektrolit dimasukkan ke dalam bejana tersebut, lampu akan
menyala. Sedangkan jika larutan nonelektrolit yang dimasukkan, lampu tidak akan
menyala. Arus listrik dalam larutan elektrolit dihantarkan oleh migrasi
partikel-partikel bermuatan.
Selain
ditandai dengan menyalanya lampu, pada larutan elektrolit juga terdapat
perubahan-perubahan kimia yang dapat diamati. Salah satu perubahan tersebut
berupa timbulnya gelembung-gelembung gas, perubahan warna larutan, atau bahkan
terbentuk endapan.
3. Kekuatan Daya Hantar Larutan
Sebagaimana
disebutkan di atas, bahwa arus listrik dalam larutan elektrolit dihantarkan
oleh partikel-partikel bermuatan. Untuk menjelaskan fakta tersebut, Svante
August Arrhenius (1884) mengemukakan teorinya tentang dissosiasi atau ionisasi
elektrolit.
Teori
ini menyebutkan bahwa zat elektrolit apabila dilarutkan dalam air, akan berdissosiasi
menjadi atom-atom atau gugus atom yang bermuatan. Atom-atom atau gugus atom
bermuatan tersebut merupakan ion-ion yang menghantarkan arus dalam elektrolit
secara migrasi. Ion-ion tersebut bermuatan positif (kation) dan bermuatan
negatif (anion) serta bergerak menuju elektrode yang muatannya berlawanan.
Reaksi
ionisasi atau dissosiasi elektrolit tersebut merupakan reaksi bolak-balik (reversible).
Ionisasi elektrolit dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi:
NaCl(aq) ®
Na+(aq) + Cl–(aq)
MgSO4(aq) ®
Mg2+(aq) + SO42–(aq)
CaCl2(aq) ®
Ca2+(aq) + 2Cl–(aq)
Na2SO4(aq) ® 2Na+(aq)
+ SO42–(aq)
Oleh
karena larutan harus bersifat netral, besarnya jumlah total muatan-muatan positif
harus sama dengan muatan negatif dalam suatu larutan. Jumlah muatan yang dibawa
oleh sebuah ion besarnya sama dengan valensi ion tersebut.
Berdasarkan
kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Larutan
elektrolit kuat, yaitu larutan yang memiliki daya hantar listrik besar. Larutan
elektrolit kuat terionisasi sempurna di dalam air. Jika diuji dalam penguji
elektrolit sederhana, lampu akan menyala terang.
Contoh
larutan elektrolit kuat antara lain larutan NaCl, KOH, H2SO4,
dan HCl.
b. Larutan
elektrolit lemah, yaitu larutan yang memiliki daya hantar kecil karena tidak
semua zat terionisasi, atau hanya mengalami ionisasi sebagian. Jika diuji
dengan penguji elektrolit sederhana, lampu akan menyala redup.
Contoh
larutan elektrolit lemah adalah larutan cuka dan amonia.
Larutan
nonelektrolit tidak akan terionisasi dalam larutan. Proses ionisasi dipengaruhi
oleh konsentrasi. Untuk membedakan larutan elektrolit dan nonelektrolit, dapat
menggunakan derajat dissosiasi (a).
Derajat dissosiasi adalah fraksi molekul yang benar-benar terdissosiasi.
Atau dapat juga merupakan perbandingan mol zat terionisasi dengan mol zat
mula-mula.
Derajat
dissosiasi dapat dinyatakan dengan rumus:
Nilai a dapat berubah-ubah,
antara 0 dan 1, dengan ketentuan sebagai berikut.
a
= 1, larutan terdissosiasi sempurna = elektrolit kuat
0 < a < 1, larutan
terdissosiasi sebagian = elektrolit lemah
a
= 0, larutan tidak terdissosiasi = nonelektrolit
4.
Larutan Elektrolit dan Ikatan Kimia
Kemampuan
untuk menghantarkan arus listrik tidak hanya dimiliki oleh senyawa ionik.
Beberapa senyawa kovalen juga mampu menghantarkan listrik. Meski demikian,
senyawa kovalen dan ionik memiliki beberapa perbedaan dalam menghantarkan arus
listrik.
a. Senyawa ionik
Senyawa
ionik adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara ionik. Ikatan ionik
adalah ikatan yang dihasilkan dari perpindahan elektron dari satu atom ke atom
lain. Satu atom memberikan satu atau lebih dari elektron terluarnya. Atom yang
kehilangan elektron menjadi ion positif (kation) dan atom yang menerima
elektron menjadi ion negatif (anion).
Dalam
larutan, senyawa ionik akan terurai sempurna menjadi ionionnya yang bergerak
bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan arus listrik. Dalam larutan, senyawa
ionik pada umumnya membentuk larutan elektrolit kuat.
Contoh:
NaCl(aq) ® Na+(aq)
+ Cl–(aq)
Ca(OH)2(aq) ® Ca2+(aq)
+ 2OH–(aq)
K2SO4(aq) ® 2 K+(aq)
+ SO42–(aq)
KOH(aq) ® K+(aq)
+ OH–(aq)
b. Senyawa kovalen
Senyawa
kovalen adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara kovalen. Ikatan
kovalen terjadi akibat penggunaan bersama-sama pasangan elektron oleh dua atom.
Senyawa kovalen nonpolar timbul karena perbedaan elektronegativitas antaratom
yang sangat kecil, bahkan hampir sama.
Sementara
itu, senyawa kovalen polar timbul karena perbedaan elektronegativitas yang
cukup besar antara dua atom. Hal tersebut menyebabkan salah satu atom lebih
positif dan yang lain lebih negatif.
Larutan
senyawa kovalen polar mampu menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal
tersebut terjadi karena senyawa kovalen polar dalam air akan terdissosiasi
menjadi ion-ionnya.
Contoh:
HCl(aq) ® H+(aq)
+ Cl–(aq)
H2SO4(aq) ® 2 H+(aq)
+ SO42–(aq)
Beberapa
senyawa kovalen polar tidak terdissosiasi sempurna dalam pelarut air sehingga
memiliki kemampuan daya hantar listrik yang rendah. Hal ini karena dalam
pelarut air, hanya sedikit dari zat tersebut yang terdissosiasi membentuk ion.
Contoh:
NH3(aq) + H2O(l)
®
NH4+(aq) + OH–(aq)
B.
Reaksi Oksidasi–Reduksi
Reaksi
kimia tidak pernah lepas dari berbagai fenomena alam yang ada di sekitar kita.
Sebagai contoh, keberadaan oksigen dalam udara sesungguhnya merupakan lingkaran
proses kimia yang dilakukan oleh tumbuhan dan manusia dengan bantuan matahari.
Tumbuhan memanfaatkan CO2 yang dibuang manusia untuk proses
fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis tersebut
menghasilkan O2 yang dihirup oleh manusia. Manusia mengeluarkan CO2
dan dimanfaatkan oleh tumbuhan, begitu seterusnya membentuk sebuah siklus.
Selain
yang bersifat alamiah, reaksi oksidasi dan reduksi juga terjadi dalam berbagai
industri yang menghasilkan bahan-bahan yang dimanfaatkan manusia. Industri
pelapisan logam adalah salah satu contoh industri yang memanfaatkan prinsip
reaksi redoks.
1. Perkembangan Konsep Reaksi Redoks
Pengetahuan
manusia mengenai reaksi redoks senantiasa berkembang. Perkembangan konsep
reaksi redoks menghasilkan dua konsep, klasik dan modern.
Awalnya,
reaksi redoks dipandang sebagai hasil dari perpindahan atom oksigen dan
hidrogen. Oksidasi merupakan proses terjadinya penangkapan oksigen oleh suatu
zat. Sementara itu reduksi adalah proses terjadinya pelepasan oksigen oleh
suatu zat. Oksidasi juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya pelepasan
hidrogen oleh suatu zat dan reduksi adalah suatu proses terjadinya penangkap
hidrogen. Oleh karena itu, teori klasik mengatakan bahwa oksidasi adalah proses
penangkapan oksigen dan kehilangan hidrogen. Di sisi lain, reduksi adalah
proses kehilangan oksigen dan penangkapan hidrogen.
Seiring
dilakukannya berbagai percobaan, konsep redoks juga mengalami perkembangan.
Muncullah teori yang lebih modern yang hingga saat ini masih dipakai. Dalam
teori ini disebutkan bahwa:
a. Oksidasi
adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari dalam
zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.
b. Reduksi
adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh suatu
zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebihnegatif.
Teori ini masih dipakai hingga saat
ini. Jadi proses oksidasi dan reduksi tidak hanya dilihat dari penangkapan
oksigen dan hidrogen, melainkan dipandang sebagai proses perpindahan elektron
dari zat yang satu ke zat yang lain.
2. Bilangan Oksidasi
Dalam
reaksi oksidasi reduksi modern, keberadaan bilangan oksidasi yang dimiliki
suatu zat sangat penting. Bilangan oksidasi adalah muatan listrik yang
seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau ion.
Aturan
penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut.
a. Unsur
bebas, memiliki bilangan oksidasi = 0
Contoh:
H2, Br2, memiliki
bilangan oksidasi = 0
b.
Oksigen
Dalam
senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali:
Dalam
peroksida (H2O2) bilangan oksidasi O = –1
Dalam
superoksida (H2O4) bilangan oksidasi O =-
Dalam
OF2 bilangan oksidasi O = +2
c.
Hidrogen
Dalam
senyawa, bilangan oksidasi H = +1
Contoh:
dalam H2O, bilangan oksidasi
H = 1
Dalam hidrida, bilangan oksidasi H = –1
d.
Unsur golongan IA
Dalam
senyawa, bilangan oksidasi unsur
golongan IA = +1
Contoh:
Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1
e.
Unsur golongan IIA
Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur
golongan IIA = +2
Contoh:
Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2
b.
Bilangan oksidasi molekul =
0
c.
Bilangan oksidasi ion =
muatan ion
Contoh:
Al3+ memiliki bilangan
oksidasi = +3
h. Unsur Halogen
F bilangan oksidasi = 0, -1
Cl bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3,
+5, +7
Br bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5,
+7
I bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
3.
Reaksi Redoks Ditinjau dari Perubahan Bilangan Oksidasi
Berdasarkan
pengertian bilangan oksidasi dan aturan penentuan bilangan oksidasi, konsep
reaksi redoks dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.
Reaksi oksidasi adalah
reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi.
Zat
yang mengalami oksidasi merupakan reduktor.
Contoh:
Fe(s) ® Fe2 + (aq)+
2e–
0 +2
Zn(s) ® Zn2 + (aq)+
2e–
0 +2
b.
Reaksi reduksi adalah
reaksi yang menurunkan bilangan oksidasi. Zat yang mengalami reduksi merupakan
oksidator.
Contoh:
I2(g) + 2e– ® 2I–(aq)
0 -1
Cu2+(g) + 2e– ® Cu(s)
+2 0
Catatan:
a.
Jumlah muatan di kanan dan
kiri harus sama.
b.
Jika dalam suatu reaksi tidak
terjadi perubahan bilangan oksidasi, reaksi tersebut bukan reaksi redoks.
4. Penerapan Reaksi Redoks
Konsep
reaksi redoks banyak digunakan dalam proses industri. Beberapa industri yang
sering menggunakan reaksi redoks di antaranya sebagai berikut.
a. Industri
pelapisan logam
Industri pelapisan
logam adalah industri pelapisan logam dengan unsurunsur lain yang meningkatkan
kualitas logam tersebut. Sebagai contoh pelapisan besi dengan seng atau krom
untuk menjaga besi dari perkaratan, melapisi tembaga dengan emas.
b. Industri
pengolahan logam
Bijih-bijih logam
umumnya terdapat dalam bentuk senyawa oksida, sulfida, dan karbonat.
Bijih-bijih sulfida dan karbonat diubah terlebih dahulu menjadi oksida melalui
pemanggangan. Setelah itu bijih oksida direduksi menjadi logam.
c. Industri
aki dan baterai
Aki dan baterai
merupakan sumber energi listrik searah yang bekerja menggunakan prinsip reaksi
redoks.
Soal Latihan
1. Beri
nama senyawa berikut.
• MgCl2
• Al(OH)3
• PbO2
• NaNO3
• Ca(ClO3)2
2. Setarakan
reaksi redoks berikut.
Pb(s) + PbO2(s)
+ SO42–(aq) ® PbSO4(aq)
3. Sebutkan
ciri-ciri reduktor!
4. Pada
reaksi:
Zn(s) + 2MnO2(s) +
2NH4+(aq)®Zn2+(aq) + Mn2O3(s)
+ 2 NH3(aq) + H2O(l )
Manakah yang berperan sebagai reduktor
dan mana yang oksidator?
5. Tentukan
bilangan oksidasi I dalam senyawa-senyawa berikut.
• HIO : asam hipoiodit
• HIO2 : asam iodit
• HIO3: asam iodat
• HIO4: asam periodat
Soal Latihan
A.
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Zat
yang mengalami proses oksidasi disebut . . . .
a. reduktor
b. oksidator
c. katalisator
d. inhibitor
e. isolator
2. Perubahan
bilangan oksidasi Pb dalam PbO2 dan PbSO4 berturut-turut
yaitu...
a. +4 dan +6 d. +2 dan +4
b. +6 dan +4 e. +6 dan +6
c. +4 dan +2
3. Di
antara zat berikut yang memiliki bilangan oksidasi nol, kecuali . . . .
a. C2H6 dan CH3Cl
b. O2 dan Cl2
c. Br2 dan Al3+
d. CH3Cl dan Br2
e. H2 dan Cl2
4. Di
antara unsur berikut yang tidak memiliki bilangan oksidasi +1 yaitu...
a. H dalam senyawa hidrida
b. O dalam peroksida
c. Cl dalam HCl
d. O dalam superoksida
e. H dalam H2O
5. Reaksi
oksidasi ditunjukkan oleh . . . .
a. I2 + 2e–® 2I–
b. Fe ® Fe2+ +
2e–
c. Cu2+ + 2e– ® Cu
d. 2H+ + O2– ® H2O
e. Zn + e– ®Zn2+
6. Berikut
merupakan pasangan yang benar tentang senyawa dan nama senyawa, kecuali .
. . .
a. PbO2 :Timbal(IV) oksida
b. SnCl2 :Timah(II) klorida
c. Al2S3
:Alumunium(III) sulfida
d. FeO : Besi(II) oksida
e. Fe2O3 :
Besi(III) oksida
7. Bilangan
oksidasi +3 dimiliki oleh Cl dalam . . . .
a. asam hipoklorit
b. asam klorit
c. asam klorat
d. asam perklorat
e. asam klorida
8. Reaksi
dalam pengolahan biji besi:
(1) 2 C + O2 ® 2 CO
(2) Fe2O3 + 3 CO ® 2 Fe + 3 CO2
Zat yang mengalami reaksi reduksi adalah
. . . .
a. Fe2O3 dalam
reaksi (2)
b. C dalam reaksi (1)
c. CO dalam reaksi (2)
d. CO dalam reaksi (1)
e. O2 dalam reaksi (1)
9. Berikut
merupakan beberapa hal tentang teori yang dikemukakan oleh Arrhenius, kecuali
. . .
a.
Zat elektrolit akan
terdisosiasi menjadi ion-ion jika dilarutkan dalam air.
b.
Dalam larutan elektrolit,
ion-ion yang terbentuk inilah yang menghantarkan arus listrik.
c.
Ion-ion dalam larutan
elektrolit bergerak ke arah elektrode yang jenisnya sama dengan muatannya.
d.
Ion-ion dalam larutan
elektrolit bergerak ke arah elektroda yang berlawanan dengan muatannya.
e.
Zat elektrolit akan
terionisasi menjadi ion positif dan negatifsaat dilarutkan dalam air.
10. Cairan
berikut yang dapat menghantarkan arus listrik yaitu . . . .
a. alkohol
b. larutan gula
c. air murni
d. larutan garam
e. larutan air
B.
Jawablah dengan singkat dan jelas!
1.
Mengapa suatu larutan bisa
menghantarkan arus listrik? Jelaskan!
2.
Jika garam dapur dilarutkan
ke dalam air maka larutannya dapat menghantarkan arus listrik, tetapi dalam
bentuk kristal tidak. Mengapa bisa demikian?
3.
Tuliskan nama senyawa
berikut!
a. Hg(NO3)2
b. SnCl4
c. Cr2(SO4)3
4.
Dari reaksi berikut,
tentukan oksidator dan reduktornya!
a. Cr2O72–
+ Fe2+ + 14 H+ ® 2 Cr3++ Fe3+ + 7H2O
b. Mn2+ + MnO4–
®
2 MnO2
5.
Tentukan bilangan oksidasi
dari:
a. Cr dalam Cr2O72–,
b. Pb dalam PbSO4,
c. Mn dalam MnO4–.
Komentar
Posting Komentar